Salah
satu bagian yang harus dimiliki seorang pecinta alam adalah pengetahuan tentang
simpul dan kemampuan membuat simpul dengan mudah dan cepat. Untuk itu
dibutuhkan waktu yang tidak sedikit, dan dalam hal ini ditekankan untuk
memahami dengan baik tentang pengetahuan simpul. Banyak sumber yang menyarankan
untuk mempelajari simpul sebanyak – banyaknya, yang masing – masing punya
kegunaan sendiri. Pedekatan yang disarankan saat ini menganggap jauh lebih baik
menggunakan simpul. Tetapi perlu diketahui berbagai macam simpul dimana
dibutuhkan untuk suatu hal yanmg bersifat darurat maupun kesulitan lain selama
melakukan kegiatan alam bebas. Untuk pendalaman dan pemahaman simpul yang
penting dan sering digunakan dalam kegiatan alam bebas secara detail untuk memudahkan
jika dalam keadaan darurat, pertolongan akan lebih mudah dilakukan seorang
pecinta alam dalam membuat simpul tanpa harus berpikir dua kali. Hal ini
cenderung berlaku sebagai otomatis, karena pecinta alam dapat membuat simpul
dengan cepat dan benar.
Definisi Simpul dan
Tali-temali
Simpul
merupakan hasil bentukan dari tali atau dua utas tali, atau ikatan pada
tali/tambang yang dibuat dengan sengaja untuk keperluan tertentu.
Banyak yang mencampur adukkan pengertian antara tali, simpul
dan ikatan. Padahal ketiga unsur itu sama sekali berbeda.
-> Tali adalah bendanya
-> Simpul adalah pertemuan tali dengan tali
-> Ikatan adalah pertemuan tali dengan benda lain (seperti
kayu, batu dan lain-lain).
Fungsi Simpul
1.Untuk mengikat tiang.
2.Untuk menyambung 2 utas tali yang sama besar dan
tidak licin.
3.Untuk mengikat tali pada tiang/kayu.
4.Untuk membuat tanduk darurat atau mengikat
ember/timba.
5.Untuk turun kejurang atau dari atas pohon.
6.Untuk mengikat leher binatang.
7.Untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama
besarnya dan dalam keadaan kering.
8.Untuk menyambung dua utas tali yang ukurannya
tidak sama besar yang basah dan atau tidak licin.
9.Untuk memendekkan tali
10.Agar tali pintalan pada ujung tali tidak mudah
lepas.
11.Untuk mengikat benda hidup/leher binatang agar
yang diikat tidak terjerat, dan untuk menambatkan tali pengikat binatang pada
pohon agar binatang itu dapat bergerak bebas.
12.Untuk menyambung 2 utas tali yang sama besarnya
dan dalam keadaan licin dan basah
13.Untuk memendekkan tali tanpa pemotongan.
14.Untuk memulai ikatan dan digunakan untuk menyeret
balok.
15.Untuk menarik benda yang cukup besar.
16.Untuk diikatkan pada tali penarik agar orang lain
dapat membantu menarik.
17.Untuk mengangkat atau menurunkan benda atau orang
pingsan .
18.Untuk menghindari lepasnya ujung atau ekor tali
dari ikatan yang berbentuk lingkaran pada tali tersebut.
19.Untuk memanjat tali
20.Untuk
mengangkat atau menurunkan benda/manusia.
21.Untuk membuat tangga tali.
22.Sebagai
pengunci simpul-simpul lain.
23.Menghentikan
geseran pada tali.
24.Membuat
loop untuk anchor.
25.Untuk
mengikat harness.
26.Untuk
mengikat sesuatu tetapi tidak menjerat.
27.Untuk
penambat sesuatu (misal, mengikat leher binatang).
28.Untuk
menyambung dua buah tali.
29.Untuk
mengikat dua ujung tali ukuran atau jenisnya berbeda, misalnya untuk mengikat
ujung tali webbing dengan ujung tali kernmantle atau prussik.
30.Untuk
ascending (prussiking).
31.Sebagai pengaman tambahan untuk rappelling.
32.Untuk
mengikat tali webbing.
33.Untuk
menyambung dua buah ujung tali webbing baik untuk membuat loop maupun menambah
panjang webbing. Simpul ini juga biasa di gunakan untuk membuat sling.
34.Untuk
mengikat harness ke anchor atau mengikat tali pada pohon.
35.Untuk
belay atau rappelling bila tidak ada alat rappelling(figure of eight, grigri).
36.Untuk
menyangkutkan tali prussik atau webbing
sebagai pengaman ke dalam celah-celah tebing.
37.Untuk
menambatkan tali ke tonjolan tebing sebagai pengaman dan pengganti anchor pada
dinding tebing.
Jenis simpul delapan ini dibuat dengan cara
menggandakan tali utama, digunakan hanya karabiner, sedang untuk anchor atau
harness dibuat dengan cara threaded system
7.Simpul nelayan (Fisherman knot)
simpul nelayan
Double Fishermans lebih baik.
Double Fisherman's Knot
8.Simpul kupu-kupu (Buterfly knot)
11.5
Kriteria Simpul Yang Baik.
1.Mudah dibuat.
2.Mudah dilihat kebenaran lilitannya.
3.Aman, dengan ikatan / lilitan tidak bergerak dan
bergeser ataupun tertumpuk pada saat dibebani.
Temu kangen VI adalah salah satu program kerja Kpa Collaboration Adventure team yang diadakan setiap setahun sekali bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antara pecinta alam. temu kangen kali ini dilaksanakan di Gn GEDE dengan jalur pendakian Gn putri - Cibodas yang diadakan pada tanggal 21 s/d 23 April 2011 dengan dibantu panitia pelaksana dari KPA VIRAPALA.
kegiatan ini diikuti oleh kurang lebih 250 orang dari berbagai KPA di jakarta barat dan penggiat alam bebas lainnya.
COLLABORATION ADVENTURE TEAM kembali membuka anggota baru angkatan PELOPOR yang di ikuti 7 calon anggota : 1.Erick 2.EKO 3.ROHMAT GOZALI 4.AGUS 5.ASEP RUKMANA 6.LUKMAN 7.SOLEH
ketujuh
calon angota ini telah mengikuti berbagai proses pendiklatan dari mulai
materi2 gunung hutan dan panjat tebing, long much, dan pada akhir
proses pendiklatan yg di adakan di desa tajur halang (bogor). namun
karena faktor tertentu dan alasan yg masuk akal tidak semua calon
anggota diklatsar mengikuti proses akhir dari DIKLATSAR.... hanya
tersisa 2 orang yaitu sdr Eko (petruk) Dan AGUS (gareng) kedua orang
ini berhasil melewati berbagai macam aplikasi materi Gunung Hutan dari
mulai materi mountaineering,survival,navigasi darat,PPGD dan SAR...
selamat bergabung buat kalian berdua,,, semoga tambah solid...... pendidikan dan latihan dasar anggota PELOPOR CAT...
Navigasi
darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering
berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak
menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya
menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam
jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda
di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam
peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat
mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari
menjadi bermanfaat untuk kita.
Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah
yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang
di proyeksikan pada peta.
Beberapa media dasar navigasi darat adalah :
1 . Peta
Peta adalah penggambaran dua
dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang
dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan
tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan
tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut
menjadi bentuk garis kontur.
Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :
Judul peta; biasanya terdapat di
atas, menunjukkan letak peta
Nomor peta; selain sebagai nomor
registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai petunjuk
jika kelak kita akan mencari sebuah peta
Koordinat peta; penjelasannya
dapat dilihat dalam sub berikutnya
Kontur; adalah merupakan garis
khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas
permukaan laut.
Skala peta; adalah perbandingan
antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam skala
yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti
dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya),
dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada dibawah skala angka).
Legenda peta ; adalah simbol-simbol
yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk memudahkan pembaca
menganalisa peta.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi
Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS
(American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun
1960.
Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur)
25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan
Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan
interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
2. Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu
menentukan posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan
suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara
absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni
perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem
koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :
Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu
yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak
lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan
lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat
geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta
Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat
utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak)
lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30
detik (30"), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1
menit (60").
Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ;
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak
setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah
barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari
selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat
mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya
menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu
untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung
ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih
dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8
angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
3. Analisa Peta
Salah satu faktor yang sangat penting
dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu peta, kita diharapkan
dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya,
meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.
Unsur dasar peta ; Untuk dapat
menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus cek
informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu
dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa
ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga
bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
Mengenal tanda medan ; Disamping
tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat menganalisa
peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang perlu
dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak
pernah saling berpotongan
Garis yang berketinggian lebih rendah selalu
mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi
keterangan secara khusus, misalnya kawah
Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun
kerapatan berubah-ubah
Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan
daerah terjal mempunyai kontur rapat.
Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta
topografi:
Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran
kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk
U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak
Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V
yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.
Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua
ketinggian
Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu
ketinggian
Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong
rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti
alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan
curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda
medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk
Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan,
sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan
4. Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan
karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah utara-selatan
(meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara
magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :
Badan, tempat komponen lainnya
berada
Jarum, selalu menunjuk arah utara
selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi
medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi
horizontal.
Skala penunjuk, merupakan
pembagian derajat sistem mata angin.
Jenis kompas yang biasa digunakan dalam
navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan
kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu
titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva.
Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih
handal dan efisien.
Dalam memilih kompas, harus berdasarkan
penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya
dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam
waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan
yang kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam
navigasi darat
kompas silva
kompas prisma
Cttn: saat ini sudah banyak digunakan
GPS [global positioning system] dengan tehnologi satelite untuk mengantikan
beberapa fungsi kompas.
5. Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan
kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata lain menyamakan utara
peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan
untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di
peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai,
desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi
peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda
dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:
Usahakan untuk mencari tempat yang
berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
Siapkan kompas dan peta anda,
letakkan pada bidang datar
Utarakan peta, dengan berpatokan
pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
Cari tanda-tanda medan yang paling
menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta.
Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
Ingat tanda-tanda itu, bentuknya
dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda
medan.
Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara
kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat,
dipakailah metode resection.
Resection
Prinsip resection adalah menentukan
posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali.
Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam
peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya
dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya, agar tanda medan yang
ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah
pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:
Lakukan orientasi peta
Cari tanda medan yang mudah
dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
Dengan busur dan penggaris, buat salib
sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis paling ideal
menggunakan pensil mekanik-B2).
Bidik tanda-tanda medan tersebut
dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering
dapat digunakan, namun kurang akurat.
Pindahkan sudut back azimuth
bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada
setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
Perpotongan garis yang ditarik
dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.
Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta
dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan.
Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang
terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya
di peta. Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu
posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan
resection terlebih dahulu.
Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
Lakukan orientasi peta
Lakukan resection untuk memastikan
posisi kita di peta.
Bidik obyek yang kita amati
Pindahkan sudut yang didapat ke
dalam peta
Bergerak ke posisi lain dan
pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
Perpotongan garis perpanjangan
dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.
Azimuth - Back Azimuth
Azimuth adalah sudut antara satu titik
dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas.
Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu
juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam
resection back azimuth diperoleh dengan cara:
Jika azimuth yang kita peroleh
lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal
anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah
200º- 180º = 20º
Jika azimuth yang kita peroleh
kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth.
Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º,
maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º
Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat
melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut
bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode
pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas
Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara
membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Titik awal dan titik akhir
perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang
menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir
ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
Perhatikan tanda medan yang
menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada
lintasan yang dilalui.
Bidikkan kompas seusai dengan arah
perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik
bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
Pergi ke tanda medan di ujung
lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah
arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
Sering terjadi tidak ada
benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu
dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam
ini sering disebut sebagai sistem man to man.
Merencanakan Jalur Lintasan
Dalam navigasi darat tingkat lanjut,
kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan dalam sebuah medan
perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke suatu gunung, tapi
dengan menggunakan jalur sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah
peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda
dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses
perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan,
disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan.
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot
jalur lintasan.
Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta,
kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan
kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection, azimuth
back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal
sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam
perencanaan jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang
akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut,
kondisi medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda
dapat, semakin matang rencana anda.
Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita
buat. Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang
ditarik lurus antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan
titik belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih
fleksibel karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian
kondisi medan. Yang ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya
guide punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena
tidak lurus benar, tapi menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan
tanda medan tertentu sebagai petokan pergerakannya.
Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Usahakan titik awal dan titik
akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan untuk resection
dari titik-titik tersebut.
Titik awal harus mudah
dicapai/gampang aksesnya
Disepanjang jalur lintasan harus
ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan sebagai patokan, sehingga
dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di peta sesering
mungkin.
Dalam menentukan jalur lintasan,
perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan vegetasi yang berada
dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa
memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya
berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
Mengingat banyaknya faktor yang
perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi dengan regu atau
dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko
bisa diminimalkan.
Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran
secara propesional bentuk jalur lintasan jika dilihat dari samping, dengan
menggunakan garis kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta
topografi yang dua dimensi, dan sudut pendangnya dari atas, agak sulit bagi
kita untuk membayangkan bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya,
terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa,
bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita
menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah
penampang lintasan.
Beberapa manfaat penampang lintasan :
Sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun perencanaan perjalanan
Memudahkan kita untuk
menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
Dapat mengetahui titik-titik
ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
Untuk menyusun penampang lintasan
biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna menambah akurasi
penerjemahan dari peta topografi ke penampang.
Langkah-langkah membuat penampang lintasan:
Siapkan peta yang sudah diplot,
kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang runcing, penggaris
dan penghapus
Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili
jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan yang anda buat. Misal
meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan satuan mdpl
(meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik terendah
atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau diatasnya.
Tempatkan titik awal di sumbu x=0
dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu peda perubahan
kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan ketinggian
sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda buat. Demikian
seterusnya hingga titik akhir.
Perubahan satu kontur diwakili
oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan sat sama lainnya hingga
membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.
Tembahkan keterangan pada tanda-tanda
medan tertentu, misalkan nama-nama sungai, puncakan dan titik-titik
aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan titik istirahat), ataupun
tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi pada setiap
lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam
menggunakan penampang yang telah dibuat.
Ingatlah hai engkau penjelahan alam :
Take
nothing, but pictures
[jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
Kill
nothing, but times [jangan bunuh
sesuatu kecuali waktu]
Leave
nothing, but foot-print
[jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki]
dan senantiasa ;
Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Percaya kepada kawan [dalam hal ini kawan
adalah rekan pegiat dan peralatan serta perlengkapan, tentu saja juga
harus dibarengi bahwa diri kita sendiri juga dapat dipercaya oleh “teman”
tersebut dengan menjaga, memelihara dan melindunginya.
Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya
bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya dengan baik.